Showing posts with label Tazkirah. Show all posts
Showing posts with label Tazkirah. Show all posts

Peringatan Allah berkaitan orang-orang kafir dan musyrik

on Wednesday, March 11, 2020
Sesungguhnya, Allah sudah memperingatkan kepada orang mukmin berkaitan orang-orang kafir dan musyrik agar orang mukmin sentiasa berhati-hati dengan mereka.
Namun, ia tidak menjadi masalah jika ia ditetapkan sekadar pada persahabatan dan kerjasama selain dari urusan berkaitan orang ISLAM.

Surah Al-Baqarah: Ayat 6 - 16
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ - 2:6 
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ - 2:7 
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ - 2:8 
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ - 2:9 
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ - 2:10 
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ - 2:11 
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ - 2:12 
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ - 2:13 
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ - 2:14 
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ - 2:15
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ - 2:16 

Terjemahan (ABDULLAH MUHAMMAD BASMEIH)
  1. Sesungguhnya orang-orang kafir (yang tidak akan beriman), sama sahaja kepada mereka: sama ada engkau beri amaran kepadanya atau engkau tidak beri amaran, mereka tidak akan beriman (6)
  2. (Dengan sebab keingkaran mereka), Allah mematerikan atas hati mereka serta pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutupnya; dan bagi mereka pula disediakan azab seksa yang amat besar.(7)
  3. Dan di antara manusia ada yang berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat"; padahal mereka sebenarnya tidak beriman.(8)
  4. Mereka hendak memperdayakan Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya memperdaya dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyedarinya.(9)
  5. Dalam hati mereka (golongan yang munafik itu) terdapat penyakit (syak dan hasad dengki), maka Allah tambahkan lagi penyakit itu kepada mereka; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dengan sebab mereka berdusta (dan mendustakan kebenaran).(10)
  6. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat bencana dan kerosakan di muka bumi", mereka menjawab: " Sesungguhnya kami orang-orang yang hanya membuat kebaikan".(11)
  7. Ketahuilah! Bahawa sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya membuat bencana dan kerosakan, tetapi mereka tidak menyedarinya.(12)
  8. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang itu telah beriman". Mereka menjawab: "Patutkah kami ini beriman sebagaimana berimannya orang-orang bodoh itu?" Ketahuilah! Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui (hakikat yang sebenarnya).(13)
  9. Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: " Kami telah beriman ", dan manakala mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka berkata pula:" Sesungguhnya kami tetap bersama kamu, sebenarnya kami hanya memperolok-olok (akan orang-orang yang beriman)".(14)
  10. Allah (membalas) memperolok-olok, dan membiarkan mereka meraba-raba dalam kesesatan mereka (yang melampaui batas itu).(15)
  11. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan meninggalkan petunjuk; maka tiadalah beruntung perniagaan mereka dan tidak pula mereka beroleh petunjuk hidayah.(17)

Surah At-Taubah:Ayat 17 - 20

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ - 9:17 
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ - 9:18 
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُونَ عِندَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ - 9:19 
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ - 9:20

Terjemahan (ABDULLAH MUHAMMAD BASMEIH)
  1. Tidaklah layak orang-orang kafir musyrik itu memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah, sedang mereka menjadi saksi (mengakui) akan kekufuran diri mereka sendiri. Mereka itu ialah orang-orang yang rosak binasa amal-amalnya dan mereka pula kekal di dalam neraka.(17)
  2. Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk.(18)
  3. Adakah kamu sifatkan hanya perbuatan memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan Haji, dan (hanya perbuatan) memakmurkan Masjid Al-Haraam itu sama seperti orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta berjihad pada jalan Allah? Mereka (yang bersifat demikian) tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan hidayah petunjuk kepada kaum yang zalim.(19)
  4. (Sesungguhnya) orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka adalah lebih besar dan tinggi darjatnya di sisi Allah (daripada orang-orang yang hanya memberi minum orang-orang Haji dan orang yang memakmurkan masjid sahaja); dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.(20)



Kuliah Maghrib Khas - Sya'ban dan Ramadhan (Ustaz Jafri Abu Bakar Al-Mahmudi)

on Thursday, May 25, 2017
Ceramah khas / Kuliah Maghrib yang disampaikan oleh penceramah jemputan, Ustaz Jafri Abu Bakar Al-Mahmudi di Surau Nur As-Sobirin pada 09 May 2017

Kuliah Maghrib Khas - Sya'ban dan Ramadhan (part 1)
https://youtu.be/kyuTQ26M5bE

Kuliah Maghrib Khas - Sya'ban dan Ramadhan (part 2)
https://youtu.be/sNuF7_WWuqw

Kuliah Maghrib Khas - Sya'ban dan Ramadhan (part 3)
https://youtu.be/8p6HKb57e2Y

Kuliah Maghrib Khas - Sya'ban dan Ramadhan (part 4)
https://youtu.be/St6eLKCNswA

Diizinkan sebar.

AJK SNAS 2017

Kuliah Dhuha - Allah Ada Tiada Gawat (Ustaz Pahrol Mohd Juoi)

on Saturday, May 13, 2017
Alhamdulillah, pada 30 April yang lepas, Surau Nur As-Sobirin telah menganjurkan kuliah dhuha perdana yang disampaikan oleh Ustaz Pahrol Mohd Juoi. 
Bersama ini ialah link kepada video ceramah yang disampaikan beliau.
  1. Part 1 - https://www.youtube.com/watch?v=vCkeCK_g15M
  2. Part 2 - https://www.youtube.com/watch?v=hiXyeCsqpOs
  3. Part 3 - https://www.youtube.com/watch?v=vCkeCK_g15M
  4. Part 4 - https://www.youtube.com/watch?v=v78N0S0NKzY
Sila share.

p/s: Maaf jika ada bahagian terputus kerana kerja amatur :)

Dr Rozaimi Ramle's Channel - Panduan untuk bersuci dan bersolat untuk orang sakit oleh Iman Muda Asyraf

on Tuesday, April 26, 2016
Panduan untuk bersuci dan bersolat untuk orang sakit yang boleh kita jadikan panduan bersama-sama oleh Iman Muda Asyraf.

Terima kasih diucapkan kepada Iman Muda Asyraf dan pihak Kementerian Kesihatan Malaysia diatas usaha murni ini.

Semoga dengan panduan ini akan mempermudahkan urusan solat bagi pesakit dan bukannya beban pesakit. Wallahua'lam.

1. Watch "Hospital Mesra Ibadah : Panduan Solat Untuk Pesakit (Bhg 1)" on YouTube
https://youtu.be/4iMEjMBmqaY

2.  Watch "Hospital Mesra Ibadah : Panduan Solat Untuk Pesakit (Bhg 2)" on YouTube
https://youtu.be/MMQ7ZqZXIhc

3. Watch "Hospital Mesra Ibadah : Panduan Solat Untuk Pesakit (Bhg 3)" on YouTube
https://youtu.be/PX-2imIW56w

4. Watch "Panduan Solat Untuk Pesakit : Wuduk" on YouTube
https://youtu.be/2qXW--IjRbY

5. Watch "Panduan Solat Untuk Pesakit : Tayammum" on YouTube
https://youtu.be/m45blSIdZRg

6. Watch "Panduan Solat Untuk Pesakit : Solat Berdiri" on YouTube
https://youtu.be/tes0macXSOU

7. Watch "Panduan Solat Untuk Pesakit : Solat Berbaring" on YouTube
https://youtu.be/uKB3VxOIsJc

8. Watch "Panduan Solat Untuk Pesakit : Solat Duduk" on YouTube
https://youtu.be/s82XWM836Hc

Dari Page Ustaz Dr Rozaimi - Hadith

Dr Rozaimi Ramle's Channel - kuliah-kuliah Dr Rozaimi bersama Dr Basit

Kematian satu yang pasti bagi setiap yang bernyawa. Bagaimana kita menghadapi kematian dari segi memandikan mayat, kafankan mayat serta solat jenazah. Dan bagaimana kita beradap ketika kita melawat orang yang sakit.

Ikuti kuliah-kuliah Dr Rozaimi bersama Dr Basit berkenaan:

1. Watch "1-Persediaan Menghadapi Kematian" on YouTube
https://youtu.be/17F0M9eRPg4

2. Watch "2- Adab Menziarahi Pesakit" on YouTube
https://youtu.be/dvkE4OfqPKA

3. Watch "3  Apabila berlaku kematian" on YouTube
https://youtu.be/PGmvin0q9GE

4. Watch "4  Mandi Jenazah" on YouTube
https://youtu.be/12eaNYr_sXA

5. Watch "5 Mengkafani Jenazah" on YouTube
https://youtu.be/XJ0qtZyI4Ws

6. Watch "6 Soal Jawab" on YouTube
https://youtu.be/f-sB-otLy5Y

7. Watch "7  Tatacara Solat Jenazah" on YouTube
https://youtu.be/6kLzbLBwrSA

8. Watch "8  Pengebumian" on YouTube
https://youtu.be/kZX01v2H_P0

9. Watch "9  bidah jenazah" on YouTube
https://youtu.be/9Lr9E9-etRU

Semoga bermanafaat kepada ummah.

Page Ustaz Dr Rozaimi 2016

Tamim Ad-Dari bertemu Dajjal - Hadith Sahih

Dari Dr Rozaimi Ramle's Channel,
SAHIHKAH HADIS SAHABAT BERJUMPA DAJJAL.

Assalamualaikum.

Ustaz, sahihkah hadis Tamim ad-Dari berjumpa dengan dajjal.

Jawapan:

Waalaikumussalam wbt.

Ia hadis sahih. Hadisnya sangat panjang.

حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ شَرَاحِيلَ الشَّعْبِيُّ شَعْبُ هَمْدَانَ ، أَنَّهُ سَأَلَ فَاطِمَةَ بِنْتَ قَيْسٍ أُخْتَ الضَّحَّاكِ بْنِ قَيْسٍ ، وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلِ ، فَقَالَ : حَدِّثِينِي حَدِيثًا سَمِعْتِيهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُسْنِدِيهِ إِلَى أَحَدٍ غَيْرِهِ ، فَقَالَتْ : لَئِنْ شِئْتَ لَأَفْعَلَنَّ ؟ ، فَقَالَ لَهَا : أَجَلْ حَدِّثِينِي ، فَقَالَتْ : نَكَحْتُ ابْنَ الْمُغِيرَةِ وَهُوَ مِنْ خِيَارِ شَبَابِ قُرَيْشٍ يَوْمَئِذٍ ، فَأُصِيبَ فِي أَوَّلِ الْجِهَادِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا تَأَيَّمْتُ خَطَبَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَخَطَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَوْلَاهُ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، وَكُنْتُ قَدْ حُدِّثْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " مَنْ أَحَبَّنِي فَلْيُحِبَّ أُسَامَةَ " ،
Telah disampaikan kepada kami lbn Buraidah dan Amir bin Syurahbil asy-Sya’bi, kabilah Hamdan bahawa dia pernah bertanya kepada Fatimah binti Qais, saudara perempuan ad-Dhahhak bin Qais dan termasuk kelompok perempuan pada hijrah pertama. Amir berkata: Sampaikanlah kepadaku suatu hadis yang engkau dengar daripada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak engkau sandarkan kepada siapapun selain beliau. Fathimah berkata: Jika engkau mahu nescaya aku lakukan. Amir berkata: Tentu, sampaikanlah kepadaku.Fathimah berkata: Aku menikahi lbn al-Mughirah. Dia termasuk pemuda pilihan kaum Quraisy ketika itu. LaIu dia terbunuh pada permulaan jihad bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika aku telah menjadi janda, aku dilamar oleh Abdur Rahman bin ‘Auf untuk salah seorang sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Sementara itu, Rasulullah melamarku untuk maulanya, Usamah bin Zaid. Aku pernah diberitahu bahawa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa mencintaiku, maka hendaklah dia mencintai Usamah.

 فَلَمَّا كَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قُلْتُ : أَمْرِي بِيَدِكَ فَأَنْكِحْنِي مَنْ شِئْتَ ، فَقَالَ : " انْتَقِلِي إِلَى أُمِّ شَرِيكٍ ، وَأُمُّ شَرِيكٍ امْرَأَةٌ غَنِيَّةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ عَظِيمَةُ النَّفَقَةِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَنْزِلُ عَلَيْهَا الضِّيفَانُ " ، فَقُلْتُ : سَأَفْعَلُ ، فَقَالَ : " لَا تَفْعَلِي إِنَّ أُمَّ شَرِيكٍ امْرَأَةٌ كَثِيرَةُ الضِّيفَانِ ، فَإِنِّي أَكْرَهُ أَنْ يَسْقُطَ عَنْكِ خِمَارُكِ أَوْ يَنْكَشِفَ الثَّوْبُ عَنْ سَاقَيْكِ ، فَيَرَى الْقَوْمُ مِنْكِ بَعْضَ مَا تَكْرَهِينَ ، وَلَكِنْ انْتَقِلِي إِلَى ابْنِ عَمِّكِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي فِهْرٍ فِهْرِ قُرَيْشٍ ، وَهُوَ مِنَ الْبَطْنِ الَّذِي هِيَ مِنْهُ " ، فَانْتَقَلْتُ إِلَيْهِ ،
Maka ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bercakap kepadaku, aku berkata: Urusanku ada di tangan Anda. Nikahkanlah aku kepada siapa sahaja yang anda suka. Lalu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Pindahlah kamu ke rumah Ummu Syarik. Ummu Syarik adalah perempuan kaya dan kalangan Ansar yang telah banyak memberikan sumbangan di jalan Allah dan disinggahi ramai tetamu. Aku berkata: Aku akan melakukannya. Maka baginda bersabda: Jangan engkau lakukan. Sesungguhnya Ummu Syarik adalah seorang wanita yang ramai tetamu. Aku tidak suka kain tudungmu jatuh atau baju tersingkap sehingga menampakkan kedua betismu sehingga kaum lelaki akan melihat auratmu. Tetapi, pindahlah ke rumah sepupu mu, ‘Abdullah bin Amr bin Ummi Maktum, seorang Ielaki dari Bani Fihr.

 فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّتِي سَمِعْتُ نِدَاءَ الْمُنَادِي مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَادِي الصَّلَاةَ جَامِعَةً ، فَخَرَجْتُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَكُنْتُ فِي صَفِّ النِّسَاءِ الَّتِي تَلِي ظُهُورَ الْقَوْمِ ، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ ع
َلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَضْحَكُ ، فَقَالَ : " لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلَّاهُ " ، ثُمَّ قَالَ : " أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ ؟ " ، قَالُوا : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : " إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلَا لِرَهْبَةٍ ، وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلًا نَصْرَانِيًّا ، فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ ، وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ ،

Ketika masa iddahku berakhir, aku mendengar seruan seorang sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menyeru mendirikan solat berjamaah. Maka aku pergi ke masjid dan solat bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Aku berada di barisan wanita yang berada tepat di belakang kaum lelaki. Setelah selesai solat, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, duduk di mimbar. Sambil tersenyum beliau bersabda: Hendaklah setiap orang kekal di tempat solatnya. Selanjutnya baginda bersabda: Adakah kamu semua mengetahui sebab aku mengumpulkan kamu? Mereka menjawab: Hanya Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. Baginda bersabda: Sesungguhnya aku, demi Allah tidak mengumpulkan kamu semua bukan kerana ada pengharapan ataupun ketakutan. Akan tetapi aku mengumpulkan kamu adalah kerana Tamim ad-Dari, yang dahulunya seorang Nasrani, datang untuk memeluk Islam. Dia menceritakan kepadaku seperti apa yang telah aku sampaikan kepada kamu tentang Dajjal

حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ ، فَلَعِبَ بِهِمُ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ، ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ ، فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبْ السَّفِينَةِ ، فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ ، فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ ، فَقَالُوا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ ؟ ، فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ ، قَالُوا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ ؟ ، قَالَتْ : أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ ، فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ ، قَالَ : لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلًا ، فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً ،
Dia menceritakan kepadaku bahawa dia mengemudi sebuah perahu bersama 30 orang dari Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan ombak selama sebulan di laut. Lalu mereka berlabuh menuju ke suatu pulau di laut itu sampai terbenam matahari. Mereka duduk duduk di pantai dekat perahu. LaIu mereka naik ke pulau itu. Maka mereka didatangi seekor binatang yang banyak bulunya yang mereka tidak dapat membezakan mana bahagian depan dan mana bahagian belakangnya.  Mereka berkata: Celaka kau, apakah kamu ini ? Binatang itu menjawab. ‘Aku adalah Al-Jassasah(mata-mata/perisik). Mereka bertanya: Mata-mata apa Dia menjawab: Wahai kalian, pergilah kepada orang yang berada di dalam gua, kenana dia merindukan berita kamu. Tamim ad-Dari berkata: Ketika binatang itu menyebutkan nama seseorang, kami meninggalkannya kerana mungkin dia adalah syaitan betina.

قَالَ : فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ ، فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا ، وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ ، قُلْنَا : وَيْلَكَ مَا أَنْتَ ؟ ، قَالَ : قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي ، فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ ؟ ، قَالُوا : نَحْنُ أُنَاسٌ مِنَ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ ، فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ ، فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ، ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ ، فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ ، فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ ، فَقُلْنَا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ ؟ ، فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ ، قُلْنَا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ ؟ ، قَالَتْ : اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ ، فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ ، فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا ، وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً ،

Selanjutnya dia berkata: Lalu kami berangkat segera hingga memasuki gua. Tiba-tiba di dalamnya ada seorang manusia yang yang pernah kami lihat. Dia diikat dengan rantai yang kuat. Kedua tangan dan lehernya disatukan, lutut hingga kedua mata kakinya diikat dengan besi. Kami berkata: Celaka kamu, kamu ini siapa? Dia menjawab: Sesungguhnya kamu telah mengetahui tentang ku, kini beritahukan kepadaku, siapakah kamu semua ini ?  Mereka menjawab: Kami adalah manusia daripada bangsa Arab. Kami menaiki perahu lalu dihentam gelombang laut besar dan ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulau mu ini. Kami duduk di tepi pantainya dan kami masuk ke dalam pulau ini. Kami didatangi seekor binatang yang berbulu lebat sehingga tidak diketahui mana bahagian muka dan mana bahagian belakangnya. Kami bertanya: Celaka kamu, siapakah kamu ini? Dia menjawab: Saya adalah mata-mata. Kami bertanya: Mata-mata apa? Dia menjawab: Pergilah kepada orang yang berada di gua ini kerana dia sangat rindu kepada berita kamu. Maka kami pun segera datang kepada kamu. Kami takut pada binatang itu dan kami takut ia adalah syaitan betina.

فَقَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ ؟ ، قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ ؟ ، قَالَ : أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ ؟ ، قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ ، قَالَ : أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لَا تُثْمِرَ ؟ ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ ؟ ، قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ ؟ ، قَالَ : هَلْ فِيهَا مَاءٌ ؟ ، قَالُوا : هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ ، قَالَ : أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ ؟ ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ ؟ ، قَالُوا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ ؟ ، قَالَ : هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ ؟ ، قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ ، هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا ،

Orang itu berkata: Ceritakan kepadaku tentang kurma Baisan. Kami menjawab: Tentang apa yang engkau mahu tahu? Makhluk itu berkata: Aku ingin bertanya kepada kamu adakah kurmanya berbuah?. Kami menjawab kepadanya: Ya. Lalu dia berkata: Akan tetapi pohon kurma itu hampir tidak akan berbuah. Lalu dia berkata lagi: Ceritakan kepadaku tentang Tasek Thabariyyah. Kami pun bertanya: Tentang apa yang ingin kau tahu? Makhluk itu bertanya: Adakah tasik itu masih berair. Mereka menjawab: Ya Tasik itu masih banyak airnya. Dia berkata: Sesungguhnya air tasik itu hampir habis. Dia berkata: Ceritakan kepadaku tentang mata air Zughar. Mereka bertanya: Mengenai apa yang engkau mahu tahu? Dia bertanya: Adakah mata air itu masih memancarkan air? Adakah penduduknya masih bercucuk tanam dan mata air itu?. Kami menjawab: Ya. Ia masih berair dan penduduknya masih bercucuk tanam menggunakan airnya.

قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ ؟ ، قَالُوا : قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ ، قَالَ : أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ ؟ ، قُلْنَا : نَعَمْ ، قَالَ : كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ ، فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنَ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ ، قَالَ لَهُمْ : قَدْ كَانَ ذَلِكَ ؟ ، قُلْنَا : نَعَمْ ، قَالَ : أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ ، وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ ، وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ ،

Dia bertanya lagi: Terangkan kepadaku tentang nabi yang diutus kepada orang-orang buta huruf, apa yang dilakukannya?. Mereka menjawab: Dia telah keluar dari Mekah menuju ke Yathrib. Dia bertanya: Adakah orang-orang Arab memeranginya?. Kami menjawab: Ya. Dia bertanya: Bagaimana caranya dia melayan mereka? Lalu kami menceritakan kepadanya bahawa baginda telah menundukkan orang-orang Arab terdekatnya, sehingga mereka mengikutinya. Dia bertanya: Benarkah begitu? Kami menjawab: Ya. Dia pun berkata: Adapun, adalah lebih elok mereka mentaatinya. Sesungguhnya aku akan memberitahu kepada kamu mengenai diriku. Aku ini adalah aI-Masih. Aku hampir akan diizinkan keluar.

 فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي الْأَرْضِ ، فَلَا أَدَعَ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ ، وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا ، كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْب
َلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا ، وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا ، قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ ، هَذِهِ طَيْبَةُ ، هَذِهِ طَيْبَةُ ، هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ ، أَلَا هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ ؟ ، فَقَالَ النَّاسُ : نَعَمْ ، فَإِنَّهُ أَعْجَبَنِي حَدِيثُ تَمِيمٍ أَنَّهُ وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْهُ وَعَنْ الْمَدِينَةِ وَمَكَّةَ ، أَلَا إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ ، لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ ، مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ ، مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ " ، قَالَتْ : فَحَفِظْتُ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Maka aku akan keluar. Lalu aku akan berjalan di muka bumi. Aku tidak melalui sesuatu kampung melainkan aku tinggal selama 40 malam kecuali kola Mekah dan Thaibah (Madinah). Kedua kota itu diharamkan ke atasku. Setiap kali aku mahu memasuki salah satu kota itu, aku dihadang oleh malaikat yang memegang pedang untuk memenggalku. Di setiap pintu masuk kedua kota itu dijaga oleh para malaikat. Fatimah berkata: Sambil memukulkan tongkatnya pada mimbar, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: lni adalah Thaibah, ini adalah Thaibah, ini adalah Thaibah yakni kota Madinah. Adakah hal ini telah aku sampaikan kepada kamu? Orang ramai menjawab : Benar. Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Aku berasa takjub dengan cerita Tamim ad-Dari. Sungguh cerita Tamim itu sesuai dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kamu, juga mengenai kota Mekah dan Madinah. Ketahuilah sesungguhnya Dajjal itu berada di lautan Syam atau di lautan Yaman, bukan dari arah timur, bukan dari arah timur, bukan dari arah timur. Baginda mengisyaratkan dengan tangannya ke arah timur.Selanjutnya Fatimah berkata: Maka aku menghafaz hadis ini daripada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.
[Sahih Muslim, Kitab al-Fitan, hadis no: 2942]

-ADMIN-
Page Ustaz Dr Rozaimi

Ulama Pewaris Nabi - perginya mereka satu musibah bagi umat

on Friday, February 13, 2015
(Artikel ini ditulis oleh Mufti Wilayah Persekutuan Dr Zulkifli Al-Bakri dan dipetik terus dari laman sesawang PMWP)

KEMATIAN ULAMA
DITULIS OLEH ADMIN PMWP PADA 13 FEBRUARI 2015. DITERBITKAN DI DALAM UNCATEGORISED

Mukaddimah

Kami pernah mencatat nama-nama sebahagian  besar para ulama yang masyhur di dunia kembali ke rahmatullah pada tahun 2014 yang lalu yang kami namakan buku tersebut sebagai Wada’ al-A’lam dengan maksud Selamat Tinggal Ulama dan kami slogankan dengan hilang permata Islam yang disegani pergimu tiada pengganti. Pada kali ini Bayan Linnas cuba mengupas isu para ulama yang kembali ke rahmatullah dan sikap kita sebagai umat Islam.

Kami namakan Bayan Linnas siri ini dengan “Kematian Ulama”. Semoga dengan kenyataan ini, kita mengasihi dan menghormati ulama disamping mendoakan kepada mereka sama ada yang masih hidup atau yang telah menemui Tuhan-nya.

Definisi Ulama

Sering kali kita dengar masyarakat mengelarkan seseorang sebagai ulama atau orang alim, kadang-kadang masyarakat sendiri keliru jika ditanya siapakah mereka yang dianggap ulama. Justeru dalam bab ini akan diterangkan pendapat ulama dan cerdik pandai berkenaan takrif ini.

Dinyatakan di sini dahulu pendapat Syeikh al-Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumait:

“Maka ilmu adalah punca dan sumber kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat. Ini kerana, sebesar-besar kedudukan pada hak anak Adam adalah kebahagiaan yang berkekalan di akhirat dan melihat wajah Allah serta menghuni syurga-Nya. Hal ini, tidak akan sampai kecuali dengan ilmu dan amal dan amalan tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan segala kaifiyatnya berdasarkan ilmu.”

Justeru dalam bab ini akan diterangkan pendapat ulama dan cerdik pandai berkenaan takrif ini.


  • Ulama ialah yang mengenali syariat Allah, faqih dalam agama, beramal dengan ilmu, mengikut hidayah yang Allah kurniakan kepada mereka dengan hikmah.
  • Ulama ialah golongan yang Allah jadikan sebagai tiang kepada manusia untuk bersandar dan bergantung dalam permasalahan fiqh, ilmu urusan agama dan dunia, seperti kata al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan (3/327).
  • Ulama ialah ahli fiqh Islam dan fatwa berkisar daripada pendapat mereka di kalangan manusia yang mana mereka dikhususkan untuk istinbat hukum dan begitu prihatin dalam mendhabitkan qawaid halal daripada yang haram. Lihat I’lam al-Muwaqi’in (1/7).
  • Ulama ialah pemimpin agama yang telah mencapai kedudukan besar dengan sebab mereka berijtihad, sabar dan sempurna keyakinan, seperti firman Allah SWT:


وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Maksudnya: Dan Kami jadikan dari kalangan mereka beberapa pemimpin, yang membimbing kaum masing-masing kepada hukum ugama Kami, selama mereka bersikap sabar (dalam menjalankan tugas itu) serta mereka tetap yakin akan ayat-ayat keterangan Kami.

 (Surah al-Sajdah: 24)


  • Ulama ialah golongan yang masyarakat dan umat ini belajar dan bertafaqquh dalam ilmu agama yang kemudian menyampaikan dakwah serta peringatan.
  • Ulama ialah petunjuk kepada manusia yang sentiasa wujud di sepanjang zaman untuk membela agamanya.
  • Ulama ialah ketua Jemaah yang diperintahkan kita beriltizam dengannya dan melarang kita daripada berpisah daripadanya.

Cukuplah mulianya para ulama berdasarkan kepada penyaksian ketauhidan bersama dengan Allah dan para malaikat adalah para ulama. Firman Allah SWT:

شَهِدَ اللَّـهُ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Maksudnya: Allah menerangkan (kepada sekalian makhlukNya dengan dalil-dalil dan bukti), bahawasanya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang sentiasa mentadbirkan (seluruh alam) dengan keadilan, dan malaikat-malaikat serta orang-orang yang berilmu (mengakui dan menegaskan juga yang demikian); tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.

 (Surah Ali Imran: 18)

Persoalan seterusnya, bagaimana cara kita mengenali ulama? Antaranya ialah:


  1. Dengan ilmu mereka.
  2. Dengan kedalaman kaki mereka dalam bab syubhah sehingga dapat membezakan dengan jelas.
  3. Mereka dapat diketahui melalui jihad dan dakwah mereka serta penggunaan masa mereka pada jalan Allah.
  4. Mereka dikenali kerana kuat ibadat dan takutnya mereka kepada Allah.
  5. Mereka dikenali dengan mulianya mereka daripada dikalahkan oleh dunia.
  6. Ulama dikenali berdasarkan syahadah dan pengakuan guru-gurunya tentang ilmu. Dengan sebab itu, Imam Malik berkata: “Tidak sayugia seseorang merasa dirinya hebat dan berkeahlian sehingga ditanya kepada orang yang lebih alim daripadanya.”

Semoga dengan takrifan dan definisi serta pengenalan ulama ini maka sudah pasti masyarakat benar-benar akan mengenali dhawabit ulama sejati.

Tafsiran Hadis Ilmu Dicabut

Ismail bin Abi Uwais telah menceritakan kepada kami, berkata Malik, telah menceritakan kepadaku daripada Hisyam bin Urwah daripada ayahnya daripada Abdillah bin Amru bin al-As R.Anhuma katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak menghapus ilmu pengetahuan dengan cara mengambil sekaligus daripada hamba-hamba-Nya. Tetapi Allah SWT menghapus ilmu pengetahuan itu dengan kematian ulama sehingga tiada lagi orang yang alim. Ketika itu orang ramai melantik ketua-ketua mereka dari kalangan orang yang jahil dan apabila mereka ditanya mereka memberi fatwa dengan sewenang-wenangnya tanpa berpandukan ilmu pengetahuan. Maka mereka sesat lagi menyesatkan.”
Riwayat al-Bukhari (100) dan Muslim (2673)

Maksud mereka sesat kerana memberi fatwa kepada manusia dengan cara batil dan tanpa ilmu serta petunjuk yang sebenar. Sedangkan mereka menyesatkan manusia kerana mereka semua percayakan ulama tersebut. Justeru kesemuanya binasa

Tafsiran hadis di atas, antaranya:


  • Ilmu merupakan kurniaan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Ini menunjukkan betapa kita perlu memohon daripada-Nya supaya dikurniakan ilmu.
  • Cara ilmu dicabut ialah dengan kematian ulama. Justeru, hendaklah kita pelajari ilmu dari para ulama dengan cara bertalaqqi sebelum mereka meninggalkan kita. Ini kerana, ilmu tidak boleh diwarisi seperti mana harta, sebaliknya perlu dipelajari dan ditekuni dengan bersungguh-sungguh.
  • Kelebihan ulama dalam memberi petunjuk keimanan kepada masyarakat supaya masyarakat menjadi celik daripada sebarang kejahilan kerana kejahilan akan membawa bala kepada mereka yang jahil tanpa pegangan agama yang kukuh.
  • Seseorang itu haram mengeluarkan fatwa tanpa sebarang asas dan dalil yang kukuh jika menyalahi prinsip agama. Syarat mengeluarkan fatwa mestilah dengan berilmu, amanah, adil dan ikhlas semata-mata kerana Allah, bukan kerana yang lain daripada-Nya.
  • Keperluan mempelajari adab menuntut ilmu daripada para ulama agar ia benar-benar memberi kesan daripada yang lain. Penuntut ilmu hendaklah berakhlak dengan akhlak yang mulia dan menghindarkan sifat-sifat mazmumah.
  • Kematian ulama dianggap sebagai musibah yang besar kerana ulama adalah pewaris nabi dan pelita bagi umat ini. Untuk melahirkan ulama yang berwibawa dan mursyid ummah, memerlukan tempoh yang panjang dan tapisan yang tebal. Justeru, sedikit sahaja yang tergolong dalam golongan ulama rabbani yang berani menyatakan kebenaran dan berdakwah dengan penuh hikmah.
  • Perlu bagi kita memuliakan ulama dan mengasihi mereka. Ini kerana jalan yang ditunjuk kepada kita adalah jalan akhirat dengan cara ibadah yang sah serta iman yang benar. Justeru, amat wajar dikasihi dan dimuliakan mereka kerana ia termasuk suruhan Nabi SAW.
  • Antara tanda akhir zaman ilmu berkaitan agama dan kefahaman Islam akan berkurangan dengan kematian tokoh ulamanya, sebaliknya ilmu berkaitan teknologi dan perkembangan semasa semakin canggih dan begitu terkehadapan. Hal ini tidak pelik dengan banyak penemuan ciptaan terbaru dan terkini.
  • Ulama yang menjadi pewaris nabi amat perlu diberi penghormatan dan dimuliakan kerana peranannya yang cukup istimewa di sisi Allah. Menjadi keperluan kepada kita semua untuk mengutip seberapa banyak mutiara ilmu daripada tokoh seperti itu.
  • Imam al-Syafie berkata: Tuntutlah ilmu sebanyak yang mungkin kerana ia akan menjagamu dan membuatmu cemerlang di dunia dan di akhirat, di samping ianya menjadi amalan para Nabi, Rasul dan orang-orang soleh.


Pujangga berkata: Ilmu pengetahuan mempunyai dua keuntungan. Pertama, kita mengetahui masalah pokok dan kedua, kita mengetahui di mana kita dapat menemui maklumat berkaitan hal itu.

Penulis menutup perbincangan ini dengan kenyataan daripada Sulaiman Rahimahullah yang berkata:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا بَقِيَ الأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ الآخِرُ، فَإِذَا هَلَكَ الأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الآخِرُ هَلَكَ النَّاسُ

Maksudnya: “Manusia sentiasa dalam kebaikan selama mana masih kekal generasi pertama sehingga yang kemudian dapat mempelajarinya. Jika binasa generasi yang pertama sebelum dipelajari oleh generasi seterusnya, maka binasalah manusia.”

Ketika ditanya kepada Sa’id Bin Jubair Rahimahullah: “Apakah alamat binasanya manusia? Jawabnya: “Apabila para ulama mereka meninggal dunia.”

Kematian Ulama

Seperti yang dinyatakan ulama adalah pewaris para Nabi dan menjadi pelita kepada Ummah di mana ia menerangi dengan panduan taufiq dan hidayah daripada Ilahi. Ilmu dan hikmah yang dimilikinya sudah pasti amat berguna kepada Ummah agar mereka tidak terbelenggu dalam kejahilan yang menyebabkan mereka begitu jarak daripada petunjuk Ilahi.

Selepas hampir puluhan tahun para ulama mengutip mutiara ilmu dan kemudian mengajarnya kepada khalayak maka sudah pasti ia bukan semata-mata bentuk pengajaran tetapi tarbawi dan khuluqi turut disertakan sekali. Disamping itu, qudwah dan uswah yang baik dipamerkan agar benar-benar bersebati dalam masyarakat.

Kematian ulama adalah musibah besar kepada Ummah, kerana kebiasaannya manusia mampu menggantikan jawatan tetapi tidak mampu menggantikan ilmu, sikap dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Bacalah sejarah kita akan dapati ulama yang berpengaruh yang begitu terkesan pada jiwa orang kampungnya atau negerinya sudah pasti tidak dapat dicari ganti selepas kematiannya.

Pertama: Al-Quran

Firman Allah SWT:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا ۚ

Maksudnya: Mengapa mereka yang kafir itu masih berdegil dan tidak mahu memerhatikan bahawa kekuasaan kami sentiasa menakluk bumi (yang mereka diami) dengan menjadikan dia kurang sedikit demi sedikit dari kebaikannya dan kemuliaannya?
 (Surah al-Ra’d: 41)

Atha’ dan ramai ulama menafsirkan bumi kurang sedikit demi sedikit memberi maksud kematian para ulama dan hilangnya para fuqaha’.

Firman Allah SWT:

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ

Maksudnya: Demi bintang semasa ia menjunam. (Surah al-Najm: 1)

Imam al-Nasafi berkata: “Allah bersumpah dengan orang alim apabila ia meninggal dunia.”

Kedua: Hadis

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak menghapus ilmu pengetahuan dengan cara mengambil sekaligus daripada hamba-hamba-Nya. Tetapi Allah SWT menghapus ilmu pengetahuan itu dengan kematian ulama sehingga tiada lagi orang yang alim. Ketika itu orang ramai melantik ketua-ketua mereka dari kalangan orang yang jahil dan apabila mereka ditanya mereka memberi fatwa dengan sewenang-wenangnya tanpa berpandukan ilmu pengetahuan. Maka mereka sesat lagi menyesatkan.”
Riwayat al-Bukhari (100) dan Muslim (2673)


Ketiga: Athar

Dinyataka di sini beberapa hadis dan athar berkenaan dengan kematian para ulama.

Daripada al-Hasan, mereka (‘Aisyah, Ibn Mas’ud dan lain-lain) berkata:

مَوْتُ الْعَالِمِ ثُلْمَةٌ فِي الْإِسْلَامِ لَا يَسُدُّهَا شَيْءٌ مَا اخْتَلَفَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ

Maksudnya: “Matinya seorang alim adalah seperti patahnya mercu tanda Islam yang tidak dapat ditampungnya sesuatu, walaupun bersilih ganti malam dan siang.”
Riwayat al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (1590), al-Bazzar (171), al-Darimi (333) dan al-Baghawi dalam Syarh al-Sunnah (1/317)

Daripada Abu Darda’ RA, berkata:

موتُ العالمِ مصيبةٌ لا تجبرُ، وثُلمةٌ لا تُسدُّ، ونَجمٌ طُمِسَ، موتُ قبيلةٍ أيسرُ من موتِ عالمٍ

Maksudnya: “Kematian seorang alim merupakan musibah yang tidak tertanggung dan patahnya mercu tanda Islam yang tidak dapat ditampungnya, seolah-olah bintang yang terpadam cahayanya dan mati satu qabilah atau kaum lebih ringan daripada mati seorang alim.”
Riwayat al-Haithami dalam Majma’ al-Zawaid (1/206) dan al-Albani dalam Silsilah al-Ahadis al-Dhaifah (4838)

Daripada Ali RA, berkata:

إِذَا مَاتَ العَالِمُ ثُلِّمَ فِي اَلإِسْلَامِ ثُلْمَةٌ لَا يَسُدُّهَا شَيْءٌ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

Maksudnya: “Apabila matinya seorang alim nescaya dipatahkan mercu tanda Islam yang tidak mungkin dapat ditampungnya oleh sesuatu hingga hari kiamat.”
Riwayat al-Syaukani dalam Fawaid Majmu’ah (287), al-‘Ajluni dalam Kasyf al-Khafa’ (1/105) dan al-Zurkani dalam Mukhtasar al-Maqasid (75)

Daripada Umar RA, katanya:

لَمَوْتُ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ، أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَاقِلٍ

Maksudnya: “Mati seribu orang ahli ibadat yang berqiamullail dan puasa sunat di siang hari lebih ringan daripada mati seorang yang berakal lagi alim.”


Keempat: Pendapat Ulama

Daripada Abi Ja’far rahimahullah berkata:

مَوْتُ عَالِمٍ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنْ مَوْتِ سَبْعِيْنَ عَابِدَا

Maksudnya: “Mati seorang alim lebih disukai oleh Iblis daripada mati tujuh puluh orang ahli ibadat.”
Riwayat al-Baihaqi (4/344) dan Abu Nu’aim (3/183)

Pernah ditanya kepada Sa’id Bin Jubair: “Apakah alamat binasanya manusia?

Jawabnya: “Dengan kematian para ulama mereka.”

Daripada nas dan kenyataan di atas, jelas menunjukkan kepada kita betapa ilmu, hikmah dan juga para ulama mempunyai kelebihan yang tersendiri. Justeru apabila berlaku kematian ulama, maka sebenarnya cacatlah dunia ini dan umat manusia dengan terpadamnya pelita atau obor yang menyuluh kehidupan mereka.

Seperkara yang perlu diingati, kematian para ulama biasanya akan dirasai oleh generasi dan kehilangannya begitu terasa sehingga membawa kepada sebutan dan nostalgia yang indah tatkala wujudnya ulama tersebut di kalangan masyarakat. Ini kerana mereka diibaratkan seperti bintang dilangit yang mana ramai yang boleh menjadikan mereka pedoman seperti kata Abu Muslim al-Khaulani.

Semoga para ulama diberkati Allah dan ilmu mereka terlebih dahulu dapat diambil dan dikutip dari mulut mereka oleh generasi selepasnya agar kesinambungan ilmu bersilsilah.

Penutup

Sesungguhnya para ulama telah mewaqafkan kehidupannya untuk meraih ilmu sebanyak mungkin. Justeru tidak hairanlah mereka dikurniakan kedudukan yang cukup istimewa di sisi Allah SWT. Allah sendiri telah membuat satu pertanyaan:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Maksudnya: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna.
(Surah al-Zumar: 9)

Semoga dengan Bayan Linnas ini kita dapat menjadikan para ulama uswah dan qudwah (contoh) dalam beribadat kepada Allah dan juga menuntut ilmu serta menyebarkannya. Mereka adalah guru, murabbi, mursyid dan juga ustaziyatul ‘alam.

Pujangga pernah berkata: “Apabila seseorang guru memiliki tiga perkara sudah barang tentu akan sempurna nikmat kepada pelajarnya: Sabar, tawaddu’, dan akhlak yang baik. Apabila seseorang pelajar memiliki tiga perkara sudah barang tentu sempurna nikmat dengannya terhadap gurunya pula: Akal yang waras, adab, dan juga baik fahaman.

Inilah yang dinukilkan daripada Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin.

Harapan kami dengan kenyataan ini akan dapat melahirkan rasa cinta kita kepada para ulama Rabbani yang banyak memandu dan memimpin masyarakat dengan ilmunya yang disulami dengan taqwa dan iman yang kukuh.

Akhukum fillah,

SS. Datuk  Dr. Zulkifli Mohamad al-Bakri

13 Januari 2015 bersamaan 23 Rabiul Awal 1436

Copyright©2014 Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan. Hakcipta terpelihara

Cara mudah menjadi Jutawan tanpa perlu keluarkan satu sen pun.

on Tuesday, November 12, 2013
Bagaimana menjadi kaya dengan cara yang cukup mudah dan bergelar jutawan :).
Langkah-langkah menjadi kaya
  1. Belajar menyebut huruf di dalam Al-Quran dengan cara yang betul
  2. Sentiasa menyebut perkataan (gabungan huruf) didalam Al-Quran
Itu sahaja. Mudah dan cepat serta tidak perlu pada skim cepat kaya atau MLM :).
Malah, boleh dilakukan tanpa was-was dari segi halal dan haram. Kompem 100% halal lagi suci bersih.


Betul ke?


Baik... jom kita belajar matematik sekejap.





Kita ambil contoh ucapan Basmallah.

Satu ungkapan lengkap Basmallah mempunyai 19 huruf.

Hadith Rasul S.A.W mengatakan bahawa sesiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran akan mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan digandakan dengan 10 kali.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam pernah bersabda,

” من قرأ حرفًا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها, لا أقول الم حرف, ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف “

“Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh kalinya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim adalah satu huruf. Akan tetapi, Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”
(HR At Tirmidzi, ia berkata: Hasan Sahih)

Maka, diumpamakan 10 kali ialah RM1. Maka, sekali sebutan basmallah, kita sudah ada RM 190 (19 huruf X 10).

Diandaikan kita seorang ISLAM yang biasa dan hanya melakukan solat fardhu sahaja sehari (tiada solat sunat mahupun ibadah qiamullail). Maka, dalam sehari kita akan mebaca sebanyak 17 kali Basmallah. Oleh itu, secara matematiknya, pada hari itu, kita telah mempunyai RM3230 (terkumpul sebagai amalan untuk dibawa keakhirat nanti).

Dan andai kata, kita mula membaca dari umur 30 tahun dan mati pada umur 60 tahun, maka secara ilmu hisabnya, nilai harta yang telah kita kumpul dengan hanya kalimah Basmallah yang dibaca 17 kali setiap hari ialah RM34,884,000.

Andaikan pula kita berjaya bangun pada satu malam paling istimewa yakni malam lailatul-qadar dan berjaya mendapat keistimewaan itu dan hanya mampu baca Basmallah. Itu sudah meningkatkan saham kita sebanyak RM 96,900,000 (ganjaran satu malam lailatul-qadar sama dengan 1000 bulan berdasarka hadith Rasul S.A.W)

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)

Dan andaikan kita dapat jejak kaki di tanah haram. Satu amalan di tanah haram di gandakan dengan 100K pahala. Dan ketika disana, kita hanya lafazkan Basmallah ketika minum sekali sahaja. Maka, secara automatiknya, nilai harta kita sudah meningkat sebanyak RM19,000,000.

Diriwayatkan hadith dari Ismail bin Abi Khalid hadith dari Zadan berkata: ‘Jatuh sakit ibnu Abbas (r.a) suatu sakit yang bersangatan, maka memanggil dia akan anak-anaknya maka mengumpulkan mereka sekelian, maka berkata dia: ‘Aku mendengar Rasulallah (s.a.w) bersadba: ‘Man hajja min makkata masyian hatta yarji’u ila makkata katabaallahu lahu bikulli hatwatin sab’a miati hasanatin mithla hasanatil-harami.’.' [Maksud: Barangsiapa haji dari Mekah ... sehingga keluar ke Mekah ditulis Allah (a.w) baginya dengan tiap-tiap kebaikan (amal makruf) (digandakan sebanyak) 700 kebaikan setiap kebaikan seumpama kebaikan al-Haram.’] Dikatakan (yakni, ditanya oleh) orang: ‘Apa dia kebaikan al-Haram?’ Berkata dia: ‘Bagi setiap kebaikan 100,000 kebaikan’.] [Hadith al-Hakim, di dalam al-Mustadrak, Kitab Manasik]

Itu hanya kalimah Basmallah. Belum lagi dicampur dengan surah Al-Fatihah dan bacaan lain dalam solat. Juga belum ditambah dengan bacaan Basmallah sebelum makan atau memulakan sesuatu. Juga belum dicampur amalan ketika tadarrus, tilawah, etc...

Senangkan? Jom amalkan.

p/s: Jika ada kesalahan dari segi hadith yang disenaraikan, harap mendapat maklum balas untuk kemas kini. TQ

Left all bad things behind and leave as superb MUSLIM

on Wednesday, December 21, 2011


This was really a good tazkirah.. Presented in simple and yet thought us a lot more than few ustaz.

Popular Posts